25 May, 2025 #News

Palestina, kemerdekaan yang semakin semu

 Hubungan Suriah dan Amerika Serikat memasuki babak baru. Pada Sabtu 24 Mei 2025, pemerintahan Donald Trump resmi mencabut seluruh sanksi ekonomi terhadap Suriah yang telah berlangsung selama puluhan tahu pasca tumbangnya rezim Bashar Assad pada Desember lalu. Peristiwa tersebut berpotensi membawa angin perubahan yang positif bagi rakyat Suriah yang sejak 2011 didera perang saudara berkepanjangan. Tumbangnya rezim Assad memungkinkan terwujudnya Suriah yang stabil. Namun demikian hal tersebut tentu membawa efek samping bagi saudara arabnya yakni Palestina yang masih berjuang untuk menciptakan sebuah negara berdaulat.

Sejak Israel berdiri pada 14 Mei 1948, Palestina tak pernah mendapat perhatian yang nyata dari saudara Arab dan muslimnya selain hanya kecaman dan resolusi yang implikasinya sangat minim. Pada perang 1948 misalnya, Palestina harus kehilangan wilayah yang diproyeksikan bagi negara Palestina diambil oleh Israel serta negara Arab laiinya. Jalur Gaza sebelumnya diduduki Mesir pasca perang, kemudian setelah Perang Enam Hari 1967 direbut Israel kemudian dilepas sebagai wilayah jangka panjang untuk Palestina dimasa depan namun hingga hari ini masih menjadi wilayah yang diblokir Israel. begitupun dengan Tepi Barat yang sejak 1988 dilepas oleh Yordania hingga kini masih menjadi daerah pendudukan.

Perjuangan rakyat Palestina awalnya didukung oleh sejumlah negara Arab seperti Mesir, Suriah, Irak, Yordania dan Libia. Mesir misalnya pernah memimpin negara-negara Arab dalam perang melawan Israel pada 1948, 1967 dan 1973. Yordania juga sempat berperang pada 1948 dan 1967. Yordania juga sempat menjadi basis Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 1967-1971. Namun kemudian kedua negara Arab tersebut memilih berdamai dengan Tel Aviv masing-masing pada 1979 dan 1994. 

Irak yang juga terlibat dalam perang 1948, 1967 dan 1973 untuk mendukung saudara arabnya. Dibawah Presiden Saddam Husein, Irak juga sempat mengirim rudal scud ke Israel dengan tujuan memancing negara yahudi tersebut untuk menarik saudara arabnya berpihak pada Palestina. Libia dibawah Qadafi juga demikian mendukung perjuangan rakyat Palestina.Qaddafi sempat mengajak PLO, Suriah, Yaman Selatan dan Aljazair untuk bersama mengecam Mesir yang berdamai dengan Israel.

Sementara itu Suriah dibawah Assad hingga tahun belakangan ini meskipun secara tidak langsung  berkonfrontasi dengan Israel tetapi menjadi penyambung pasokan senjata Iran untuk faksi perlawanan terhadap Israel seperti Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon. Kini, pasca Assad tumbang praktis hanya Iran saja pendukung Palestina yang sudah pasti terputus pasokannya, dampaknya Palestina seperti sendiri melawan Israel sehingga tujuan untuk merdeka semakin sulit terealisasi.

Silahkan Login Untuk Berkomentar